Jejak langkah yang telah kami
ukir di Gunung Cikuray Garut
inimerupakan saat dimana kami
memulai perjalanan dengan penuh semangat dan kewibawaan sebagai seorang pecinta
alam. Jalan terjal dan mendaki tajam menjadi singgahan kami untuk mengadu atas
segala kendala dan keluh kesah untuk menggapai segala mimpi dan hasrat kami
menembus rimba belantara Cikuray. Hamparan dari segala ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa berupa persawahan hijau selalu mengintai kami disetiap jejak langkah
kami dan menjadi saksi setiap keringat yang kami teteskan dalam deru semangat
bersama.
SMAN 7 Bogor, 24 Juni 2012, 06’40,141 S-106’52’54,471 E
Jam 12
siang. Cuaca cerah seperti biasanya. Di samping hall kami menunggu DKW untuk
tes PAL (Tes Perlengkapan Alat Logistik). Kami sudah menyiapkan barang-barang
keperluan logistik. Carrier, matras, ponco, dan lainnya sudah kami susun rapi.
Cukup lama menunggu senior kami untuk datang.
Saat ini
saya berada di samping hall SMAN 7 Bogor bersama saudara-saudara yang sangat
saya sayangi. Mutiara Rimba yang akan berangkat ekspedisi. Pipit, Abil, Iren
dan Uni. Mendengarkan lagu A Thousand
Years bersama. Menghilangkan rasa bosan kami. Di dalam hati kami berdoa,
semoga tes PAL hari ini dilancarkan. Dan semoga saya dan Iren dapat berangkat
hari ini. Rasa semangat itu sangat kami butuhkan sekarang.
Akhirnya
setelah lama menunggu Kang Wili dan Kang Saud, tes PAL pun dimulai. Satu
persatu perlengkapan kami diperiksa. Sayangnya, tim kamikekurangan lima
buah barang. Tapi untungnya, barang
tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap perjalanan kami. Kami selamat.
Ah! Kami
diberi hukuman untuk lari 10 keliling. Memang itu salah kami karena telat.
Tapi, jalani saja dengan perasaan santai dan tetap senang. Positive thinking. Selesai lari 10 putaran, kami push up 10 seri. 1 seri = 10 kali, jadi
10 seri = 100 kali. Perasaan kesal pasti muncul saat itu. Karena hanya tinggal
menunggu beberapa jam lagi kami harus berangkat, fisik kami masih saja di tes.
Kami benar-benar harus mengontrol fisik dan mental. Tetap memasang senyum. Mind set kami berjalan. Jangan
sekali-kalinya mengeluh. Waspala tidak boleh mengeluh!
Baru saja
Pembina kami tercinta, Pa Hafidz menyampaikan pesan–pesannya sebagai wujud
kepedulian beliau kepada kami. Kata–kata beliau selalu tertanam di hati kami
untuk selalu membawa nama baik sekolah SMAN 7 Bogor. Banyak hal yang mendasari
perjalanan kami kali ini, diantaranya besarnya rasa keingintahuan kami tentang
Cikuray.
Tes-tes dan
banyak pertanyaan dikeluarkan oleh DKW. Pertanyaan-pertanyaan itu lebih dituju
kepada tim Cikuray karena hari ini jadwal keberangkatan kami. Pertanyaan yang
kami jawab selalu dibilang salah, tidak lengkap dan tidak sesuai yang di
inginkan. Kami dibuat pusing sendiri.
Solat
maghrib, solat isya, dan akhirnya ayah sayamenjemput untuk mengantarkan kami ke
Terminal Baranang Siang. Lumayan, penghematan biaya.
Foto-foto
bersama tim sebelum keberangkatan. Salaman perpisahan. Sampai jumpa lima hari
lagi tim Sancang. Sampai bertemu kembali Pipit, Abil, Uni, Dede, Osa, Cibaw.
Doakan kami disana ya! TETAP SEMANGAT GANK!
Akhirnya
kami berangkat, dan kami akan segera memulai petualangan kami. Jam delapan malam kami sampai di Terminal Baranang
Siang. Dan sekarang jam setengahsembilan, kami menuju Terminal Lebak Bulus
dengan Bus Agra Mas. Carrier-carrier kami disimpan di bagasi. Kang Abi duduk paling belakang. Saya, Iren
dan Danes. Kang Didit di depannya. Depannya lagi Kang Bebe bersama Zakir. Karaokean
menggunakan iPod berdua dengan Iren
menyanyikan lagu AdeleOne and Only
benar-benar moodbooster kami saat
itu.
One and only berputar di telinga kami. Sembari menyanyi, mata
saya berputar ke sekeliling. Sekitar kami banyak orang asing. Ada yang sedang
tertidur pulas, mendengarkan lagu, mengurus anak, dan ada juga yang model
rambutnya mohawk tinggi berasa dia
yang paling kece di bus ini. Kami mencoba merakyat seminggu kedepan.
Rasa
kasihan saya pada Iren timbul. Iren galau. Iren di duakan cowonya, Randi. Be patient ya Ren! Masih ada kita
disini.
Tidak lama
kemudian, kenek bus Agra menagih bayaran. Sebenarnya total tiket kami kurang
lebih 90.000. Tapi akibat Iren yang menggoda
si kenek sampai-sampai Iren ditaksir, kita dapat diskon! Jadi, total kami hanya
Rp 80.000. Terima kasih
Irene.
Jam
setengah 10 kami sampai di Lebak Bulus. Menunggu bis “ngetem” itu rasanya
sesuatu. Lama. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari makan dan membeli cemilan
di terminal.
Dan tadi
kamimembeli nasi bungkus dan minum. Tetapi ternyata, harganya lebih mahal dari
Mall besar di Jakarta sekalipun! Pocari Sweat ukuran kecil harganya Rp 9000, Aqua botol 1,5 liter harganya
menjadi Rp 12.000. Uang pun
terkuras sia-sia saat itu. Kami ditipu tukang warung.
Perjalanan ke Garut. Menggunakan bus Ekonomi
AC Prima Jasa. Listening to Hanya
Untukmu – Ten2five. Sekarang jam 10 malam kami baru melewati Citos. Bus yang
kami tumpangi nyaman juga walaupun ekonomi, disini terdapat smoking area di barisan paling belakang. Saya duduk berdua dengan
Iren, kang Didit Zakir sama Danes duduk di depan. Disebelah ada kang Bebe sedang tertidur
sambil mendengarkan lagu dengan headset.
Kasihan kang Bebe gagal ekspedisi ke Pantai Sawarna. Sabar ya kang
Bebi...Cikuray gak akan seburuk yang kang Bebi pikirin kok. Di smoking area ada kang Abi sama Zakir. Biasa,
mereka memang tidak bisa lepas dari tembakaunya. Ok, busnya jalan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Di bus kami
berjumpa dengan masyarakat Garut yang kebetulan cukup tahu tentang Cikuray dan
Leweung Sancang, namun sayangnya kami
tak ingat namanya. Kami pun bercakap–cakap tentang kondisi di Cikuray dan
sekitarnya. Badan saya pun mulai pegal–pegal karena bus yang selalu
bergoyang–goyang akibat jalanan yang kurang bagus. Akhirnya saya pun ikut
tertidur pulas bersama rekan–rekan saya.
Kondisi jalan menuju Garut cukup rawan
kecelakaan karena medan jalan yang bergelombang, berlubang, dan tidak ada lampu
jalan. Kami sempat dihantui rasa takut karena banyak penumpang yang sudah turun
ditujuannya masing-masing sehingga bus yang tadinya ramai penumpang berubah
jadi sepi karena hanya kami bertujuhlah yang belum sampai pada tujuannya yakni
terminal Guntur, ditambah lagi jarangnya kendaraan yang lewat membuat suasana
semakin menegangkan. Saya perhatikan Pak supir sangat lihai memutar balikkan
stir di tengah kondisi jalan yang memiliki banyaknya tikungan–tikungan tajam.
Keselamatan kami tergantung pada Pak supir, bila terperosok ke kanan maka akan
menghantam pohon–pohon dan apabila terperosok ke kiri maka bus akan jatuh ke
jurang yang tidak tahu berapa dalamnya karena saking gelapnya jalan.
Selengkapnya :
PERJALANAN KE NEGERI DI ATAS AWAN
Selengkapnya :
PERJALANAN KE NEGERI DI ATAS AWAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar